Minggu, 19 Oktober 2014

Empirisme, Idealisme, Marxisme, Post-Marxisme, Dan Post-Modernisme

TUGAS RANGKUMAN FILSAFAT
BERDASARKAN IDEOLOGY , THE NEW CRITICAL IDIOM

TUGAS RANGKUMAN FILSAFAT
BERDASARKAN BUKU IDEOLOGY , THE NEW CRITICAL IDIOM
IMAM SETIYO, Prancis, 130 6455 910

KATA PENGANTAR 

Di dalam tugas rangkuman yang diberikan oleh dosen Filsafat Dr. Eko Wijayanto M.Hum ini, penulis akan membahas, menjelaskan kembali, dan menerangkan sebuah rangkuman yang diambil berdasarkan buku yang berjudul IDEOLOGY, the NEW CRITICAL IDIOM, David Hawkes. Pembahasan-Pembahasan dalam tugas ini adalah sebagai berikut : Origins, Empiricism, Idealism, Marxism, Post-Marxism, dan Post- modernism.
Selain itu, sudut pandang penulis dan juga penjelasan-kembali oleh penulis mengenai buku IDEOLOGY, the NEW CRITICAL IDIOM dalam tugas rangkuman ini, sedikit dipengaruhi juga oleh karya teman-teman penulis dikelas filsafat yang penulis ambil dari email bersama yaitu pfpmfib2013@gmail.com, ―yang juga dibuat berdasarkan buku IDEOLOGY, the NEW CRITICAL IDIOM― untuk mendukung tugas rangkuman dari Bapak Dr. Eko Wijayanto M.Hum ini.
Akhir kata, penulis terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun dari siapapun yang membaca tugas ini, termasuk dari Bapak Dr. Eko Wijayanto M.Hum, jika terdapat kesalahan dalam tugas ini.
Wassalamualaikum,
Selamat malam.

Depok,
14 Oktober 2014, 11.00 PM





Penulis

1. The ORIGINS

Dunia, Manusia, dan seluruh pengalaman manusia selama ia hidup di dunia, diciptakan oleh Sebuah hubungan antara dua elemen: elemen spiritual (pikiran, ide-ide) dan elemen material (hal-hal yang bersifat fisik). Plato mengemukakan bahwa elemen spiritual lebih dominan dan tinggi derajatnya ketimbang elemen fisik, dan dominansi tersebut merupakan hal yang alamiah. Kesimpulannya, Plato menganggap bahwa ide dan pikiran lebih penting daripada materi. Pada dasarnya kedua elemen tersebut berseberangan dan tidak mungkin disamakan derajatnya. Oleh karena itu, dibutuhkan elemen ketiga untuk menghubungkan kedua elemen tersebut.

Penghubung tersebut adalah representasi, media, atau perantaraan. Representasi atau perantaraan ini diciptakan oleh manusia, dalam arti dihasilkan dari pikiran dan pekerjaan manusia. Namun pada kenyataannya, elemen penghubung (media) inilah yang seringkali seolah paling nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pada akhirnya manusia justru menganggap representasi inilah yang paling benar dan nyata. Kondisi ini yang kemudian menimbulkan apa yang dalam ilmu filsafat disebut sebagai kesadaran palsu (false consciousness). Kesadaran palsu terjadi akibat adanya distorsi relasi antara ketiga elemen tersebut.

Seperti yang kita ketahui, bahwa pemikiran-pemikiran Plato tentang elemen spiritual sangatlah membahana, mengingat titik tumpu dari seluruh pemikiran Plato adalah dunia ide, atau dunia elemen spiritual. Bagi Plato, ide merupakan asal-usul dari segala sesuatu yang ada. Hal-hal yang ada (materi) tergantung pada ide-ide. Jika ide tidak ada, maka hal-hal yang ada (materi) tidak akan pernah ada. Bagi Plato, dunia sipiritual (ide)-lah yang menjadi ukuran baik-buruknya segala sesuatu. Inilah sebabnya kenapa Plato menganggap bahwa spiritual (ide) lebih penting ketimbang dunia material.

Kembali ke pembahasan kesadaran palsu (false consciousness). Teori ini dapat dicoba untuk dimengerti dengan Contoh yang dapat menggambarkan kondisi false consciousness adalah apa yang dilakukan oleh kaum Pagan. Kaum Pagan dinilai salah karena mereka menciptakan patung dan kemudian memuja patung buatan mereka tersebut. Dilihat dari sudut pandang filosofis, konsep mengenai keberadaan Tuhan atau Allah itu ada dalam diri manusia (elemen spiritual). Lalu mereka memakai benda-benda fisik yang ada di sekitar mereka untuk membentuk patung atau bentuk materi lainnya sebagai representasi atau perwakilan dari konsep keberadaan Tuhan di bumi, yakni sesuatu yang dapat mereka lihat dan rasakan secara fisik (elemen material). Namun yang terjadi kemudian, representasi tersebut menjadi satu-satunya tanda keberadaan Tuhan yang dapat mereka lihat secara nyata. Dari sinilah, manusia (kaum Pagan) mulai menyembah patung tersebut, yang kemudian dapat kita lihat sebagai kondisi kesadaran palsu (false consciousness).

Dengan demikian, kesadaran palsu (false consciousness) Terjadi akibat adanya kesalahpahaman dalam proses ‘pembuatan representasi’ atau proses ‘pengadaan sebuah perantara’ dari pemikiran manusia sendiri. Dewasa ini, pengertian tentang kesadaran palsu (false consciousness) sangat berkembang. Ketika seseorang /sekelompok orang mengalami apa yang disebut dengan kesadaran palsu (false consciousness), mereka hanya akan berpikir secara pragmatis saja (manfaatnya bagi manusia), tanpa melihat realita yang sebenarnya (non-pragmatis). Kesimpulannya, yang dilihat hanyalah hal-hal yang bersifat pragmatis saja.

2. Empiricism

Empirisisme adalah paham yang meyakini bahwa pengetahuan yang benar diperoleh dari pengalaman indrawi. Banyak ahli meyakini bahwa paham empirisisme ini adalah paham yang berlawanan dengan paham rasionalisme ―yang berpendapat bahwa hal yang benar adalah akal/ide. Dua paham besar yang saling bertentangan ini muncul akibat dua pendapat yang saling bersebrangan antara Aristoteles dan Plato. Dengan kata lain, paham empirisisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan bukanlah berasal dari akal ―seperti yang dikatakan oleh paham rasionalisme― melainkan berasal dari pengalaman indrawi/pengalaman. Tanpa pengalaman indrawi, akal adalah kosong.

Dalam membahas paham empirisme ―berdasarkan IDEOLOGY, the NEW CRITICAL IDIOM, kita tidak akan lepas dari pembahasan tentang revolusi inggris, perang saudara di Inggris, filsuf ternama Hobbes dan bukunya yang berjudul Leviathan, konsep state of nature Rousseau, romantisme dan ikonoklasme.

Revolusi Inggris ―yang terjadi pada abad pertengahan, merupakan revolusi pertama dimana pada revolusi tersebut terjadi upaya untuk melakukan hubungan dan urusan politik dari keseluruhan bangsa. John Milton adalah seorang propagandis untuk Cromwell dipaksa untuk meminta ide-ide dan usulan-usulan lama atau kupno dalam melakukan inovasi politik seperti yang sempat dilakukan Machiavelli pada saat Renaissance di Florence. Milton juga percaya bahwa membersihkan atau menghapuskan sistem monarki dari Commonwealth mampu membuat suatu reformasi dalam kehidupan masyarakat. Revolusi Inggris ini terjadi diantara para penduduknya yang sudah mulai dapat berpikir kritis. Revolusi ini juga menciptakan sebuah teori yaitu teori kesadaran palsu. Teori tersebut disebut sebagai sifat manusia yang universal yang menurut Milton tidak dapat menjelaskan perpecahan yang terjadi antara politik dan agama dalam bangsa Inggris.

Adapun kekalahan atau kegagalan dari revolusi ini akan menimbulkan sejumlah masalah mengenai kesalahan yang sistematis dan filosofis. Namun Milton mempunyai cara tersendiri dalam menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan mempersiapkan penyelidikan menyeluruh mengenai ideology sekuler pada bangsa tersebut.

a. Hobbes dan Empirisisme

Thomas Hobbes adalah seorang filsuf Inggris yang beraliran empirisme. Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme yang berasal dari bahasa Yunani empeiria yang berarti ‘berpengalaman’. Empirisme menyatakan bahwa pengalaman adalah asal dari segala ilmu pengetahuan. Seperti yang telah dijelaskan dihalaman sebelumnya, Empirisisme adalah paham yang meyakini bahwa pengetahuan yang benar diperoleh dari pengalaman indrawi. Banyak ahli meyakini bahwa paham empirisisme ini adalah paham yang berlawanan dengan paham rasionalisme ―yang berpendapat bahwa hal yang benar adalah akal/ide. Dua paham besar yang saling bertentangan ini muncul akibat dua pendapat yang saling bersebrangan antara Aristoteles dan Plato. Dengan kata lain, paham empirisisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan bukanlah berasal dari akal ―seperti yang dikatakan oleh paham rasionalisme― melainkan berasal dari pengalaman indrawi/pengalaman. Tanpa pengalaman indrawi, akal adalah kosong.

Pembahasan mengenai Thomas Hobes tidak dapat terlepas dari pembahasan tentang Buku karyanya yang berjudul “Leviathan”. Leviathan ―yang judul legkapnya adalah Leviathan or the matter, forme and power of a commonwealth ecclesiasticall and civil, konon merupakan salah satu karya klasik yang sangat besar dan sangat terkenal, sehingga sejajar dengan karya the prince milik machiavelli. Leviathan ditulis pada masa perang saudara di inggris sekitar tahun 1642. Buku yang berjudul Leviathan or the matter, forme and power of a commonwealth ecclesiasticall and civil atau Leviathan ini membicarakan hal-hal tentang masyarakat, pemerintahan, dan kontrak sosial. Dalam leviathan, hobbes mendukung ide tentang pemerintahan yang absolut. Ia menulis bahwa kekacauan yang ada dalam masyarakat ―termasuk perang saudara, hanya bisa dihentikan dan dihindari dengan cara mendirikan pemerintahan pusat yang kuat dan abolut.

Para filsuf pada masa itu menawarkan pandangan yang agak suram tentang dunia ini. Banyak pendapat para filsuf materialisme yang justru malah membingungkan dan menghancurkan orang-orang. untungnya, pada abad ke 18, Prancis menawarkan alternatif pemikiran yang baru.

Alternatif pemikiran itu datang dari Jean Jacques Rousseau. Jean Jacques Rousseau adalah seorang filsuf dan penulis ternama pada masa moyen âge. Jean Jacques Rousseau sering berhubungan dan berkolaborasi dengan banyak filsuf, tapi ide-ide dari Jean Jacques Rousseau sangat berbeda dengan pemikiran filsuf lainnya, yang seringkali menyebabkan ia dibenci oleh sesama filsuf pada masa hidupnya. Walaupun begitu, Menurut Nietzsche ―yang bernama lengkap Friedrich wilhem nietzsche, seorang filsuf jerman terkenal, ide-ide dan pemikiran Rousseau telah membuat sebuah pencerahan.

Rousseu lalu mengembangkan sebuah konsep “state of nature” atau kondisi alamiah, atau bisa juga diartikan sebagai keadaan yang alami. Rousseau menggunakan konsep ini untuk menilai kondisi sebuah masyarakat secara umum. Menurut Rousseau, pada dasarnya manusia itu sama. Pada kondisi alamiah, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tidaklah terjadi perkelahian. Justru pada kondisi alamiah ini manusia saling bersatu dan bekerjasama (state of nature). Alasan Rousseau menggagas uraian mengenai keadaan alamiah (state of nature) manusia ialah karena ia melihat manusia telah kehilangan kebebasan nya.

Rousseau ingin mengatakan lewat gagasan “state of nature”nya itu bahwa tidak ada unsur dari luar diri manusia yang mengatur hidup manusia itu sendiri. Kita bisa lihat dengan jelas bahwa pendapat Rousseau ini sangat berlawanan dengan pendapat para filsuf lain. Rousseau adalah manusia yang hidup di masa Enlightment atau Renaissane yang pada saat itu Prancis menjadi salah satu centre of civilization atau kiblat di Eropa. Lewat gagasan “state of nature”nya itu,Rousseau berpendapat bahwa tidak ada unsur dari luar yang mengatur hidup manusia. Menurut Rousseau, kebenaran sejati hanya ada di dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, dia menolak pendapat para filsuf yang beranggapan bahwa dunia luar-lah yang membentuk kesadaran dalam diri manusia
Pada akhir abad ke 18, pemikiran-pemikiran Rousseau melahirkan gerakan-gerakan filsafat dan sastra, yang dikenal dengan aliran romantisme. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra. Gerakan ini menekankan emosi yang kuat. Gerakan ini juga muncul sebagai reaksi terhadap revolusi industri. Gerakan ini ingin melepaskan diri dari norma norma kebangsawanan yang justru mengekang kebebasan berekspresi. Berdasarkan gagasan Rousseau Para filsuf empirisis telah menolak setiap konsep metafisik dengan alasan bahwa mereka tidak "nyata", tapi merupakan penemuan manusia. Rousseau berjalan selangkah lebih jauh, menunjukkan bahwa semua praktek-praktek sosial, termasuk diantaranya ”konsep akal sehat” itu sendiri adalah penemuan manusia. Ditangan para pengikutnya sendiri, Romantisme Rousseau sering melibatkan pemberontakan terbuka terhadap rasionalitas bagi manusia.

Banyak juga filsuf empiris berusaha mengubah keadaan. Meskipun obstrusi rezim lama di gereja dan negara, proyek filosofis ini telah membuat kemajuan sederhana tapi signifikan dalam pencerahan Prancis. Namum Ikonoklasme Russeau jauh lebih radikal: pada kenyataannya, itu adalah revolusioner. Ikonoklasme sendiri adalah sebuah gerakan memusnahkan ikon atau gambar-gambar (seni) religius yang dihormati.

3. Idealism

Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak pada permukannya. Dunia difahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif semata-mata. Oleh karena alam mempunyai arti dan maksud, yang di antara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia, maka seorang idealis bependapat bahwa terdapat suatu harmoni yang dalam antara manusia dan alam. Apa yang tertinggi dalam jiwajuga merupakan yang terdalam dalam alam. Manusia merasa berada di rumahnya dalam alam; ia bukan orang asing atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini adalah suatu sistem yang logis dan spiritual, dan hal itu tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak riil, ia adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivitas, akal, jiwa atau perorangan.

Natur atau alam yang obyektif adalah riil dalam arti bahwa ada dan menuntut perhatian dari dan penyesuaian diri dari manusia. Meskipun begitu, alam tidak dapat berdiri sendiri, karena alam yang obyektif bergantung, sampai batas tertentu, kepada mind(jiwa, akal). Kaum idealis percaya bahwa manifestasi alam yang lebih kemudian dan lebih tinggi adalah lebih penting dalam menunjukkan sifat-sifat prosesnya daripada menifestasi yang lebih dahulu dan lebih rendah. Kaum idealis dapat mengizinkan ahli-ahli sains dan fisika untuk mengatakan apakah materi itu, dengan syarat mereka tidak berusaha menciutkan segala yang ada dalam alam ini kepada kategori tersebut.

Kaum idealis menekankan kesatuan organik dari proses dunia. Keseluruhan dan bagian-bagiannya tidak dapat dipisahkan kecuali dengan menggunakan abstraksi yang membahayakan, yakni yang memusatkan perhatian terhadap aspek-aspek tertentu dari benda dengan mengesampingkan aspek-aspek lain yang sama pentingnya. Menurut sebagian dari kelompok idealis, terdapat kesatuan yang dalam, suatu rangkaian tingkatan yang mengungkapkan, dari materi, melalui bentuk tumbuh-tumbuhan kemudian melalui binatang-binatang hingga sampai kepada manusia, akal dan jiwa. Dengan begitu maka prinsip idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealis condong untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi dari percobaan kebenaran, yakni suatu putusan (judgment) dipandang benar jika ia sesuai dengan putusan-putusan lain yang telah diterima sebagai yang benar.

Jenis-jenis Idealisme

a. Idealisme Subyektif (Immaterialisme)

Jenis idealisme ini kadang-kadang dinamakan mentalisme atau fenomenal-isme. Jenis ini sangat tidak dapat dipertahankan, karena paling banyak mendapat tantangan. Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Obyek pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah peersepsi. Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.

b. Idealisme Obyektif

Banyak filosof idealis, dari Plato, melalui Hegel sampai filsafat masa kini menolak subyektivisme yang ekstrim atau mentalisme, dan menolak juga pandangan bahwa dunia luar itu adalah buatan-buatan manusia. Mereka berpendapat bahwa peraturan dan bentuk dunia, begitu juga pengetahuan, adalah ditentukan oleh watak dunia sendiri. Akal menemukan peraturan alam. Mereka itu idealis dalam memberi interpretasi kepada alam sebagai suatu bidang yang dapat difahami, yang bentuk sistematiknya menunjukkan susunan yang rasional dan nilai.Jika dikatakan bahwa watak yang sebenarnya dari alam adalah bersifat mental, maka artinya bahwa alam itu suatu susunan yang meliputi segala-galanya, dan wataknya yang pokok adalah akal; selain itu alam merupakan kesatuan organik.

c. Personalisme atau Idealisme Personal

Personalisme muncul sebagai protes terhadap meterialisme mekanikdan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwaatau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam personalitas yang sadar. Jiwa (self) adalah satuan kehidupan yang tak dapat diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu. Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selau bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat sikap mereka. Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifatpluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi kelompok personalis, alam adalah tata tertib yang obyektif, walaupun begitu alam tidak berada sendiri. Manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini.

4. Marxism
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pemikiran-pemikiran Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai kaum Marxis. Karl Heinrich Marx dilahirkan di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883. Ia adalah adalah seorang sejarahwan, filosuf, pakar ekonomi politik dan teori sosial.
Pada awalnya Marxisme adalah ilmu sejarah yang terdiri atas suatu sistem konsep-konsep ilmiah baru yang memungkinkan mempelajari sejarah sebagai sebuah ilmu. Sebelumnya, kisah-kisah sejarah hanya menjadi ideologi atau filsafat dan bukan sebagai ilmu yang mandiri. Oleh Karl Marx, paham ini disebut “materialisme sejarah” atau “materialisme historis”, sedangkan oleh Friedrich Engels disebut “materialisme dialektis”. Maka kombinasi gagasan Marx dan Engels ini dikenal dengan metode Materialisme – Dialektika – Historis.

Salah satu buku Karl Marx yang berjudul “Das Kapital” merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Pada waktu itu, kondisi kaum proletar sangat menyedihkan. Mereka dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “kepemilikan pribadi” dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu diganti dengan paham sosialisme. Bila kondisi seperti itu terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.

Di kemudian hari teori Karl Marx ini diadopsi oleh Lenin dengan mendirikan Partai Komunis. Maka sejak saat itu paham atau ideologi Komunisme juga disebut sebagai “Marxisme-Leninisme”. Ujungnya, meletuslah Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917.

1. Pengaruh Marxisme
Salah satu alasan mengapa Marxisme dianggap sebagai sistem pemikiran yang amat kaya, adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai “filsafat” seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat. Itulah sebabnya, ilmu sejarah dan filsafat zaman modern tidak dapat mengabai kannya.

2. Dua gelar Doktor.

Dalam mengemukakan teorinya, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Hegel adalah guru besar Universitas Berlin yang memberi Karl Marx gelar Doktor di bidang Filsafat (1881). Sebelumnya, Karl Marx juga memperoleh gelar Doktor dari universitas Jena (1841). Pengaruh Hegel tersebut tercermin dalam isi pokok ajaran Karl Marx, antara lain:

1. Realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses sejarah yang terus berlangsung.

2. Karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.

3. Perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.

4. Hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.

5. Yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir sebagai akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.

6. Proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.

7. Proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.

8. Ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Akan tetapi, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.

9. Pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk memperoleh kebebasannya dan pemenuhan diri.

10. Bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masyarakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.

3. Ilmu ekonomi sebagai dasar

Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Sarana itu berupa, apa pun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan dasar. .
Namun demikian, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi. Dengan itu mereka akan menjadi lebih makmur. Pada kondisi demikian, orang menjadi saling bergantung satu dengan yang lain. Maka produksi sarana hidup, berubah menjadi aktivitas sosial, dan bukan lagi aktivitas individu.

Dalam saling ketergantungan antar masyarakat ini, setiap orang ditentukan hubungannya dengan sarana produksi: “Apa yang kulakukan seorang diri untuk penghidupanku menentukan sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya kepentingan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kepentinganku”.

5. Post-Marxism

Marxisme sendiri pada dasarnya lahir dari ketimpangan hidup akibat sistem sistem ekonomi kapitalis; yang kaya semakin kaya tapi yang miskin semakin miskin dan terpuruk . tanpa memahami kontradiksi dalam sistem ekonomi kapitalisme itu, seseorang tak akan juga sanggup memahami kehadiran marxisme dansignifikansinya. Sebelum Marxisme lahir , sudah banyak kritik diberikan kepada sistem kapitalisme itu sendiri. Sayangnya, kritik itu bersifat utopis melupakan kontradiksi kelas yang terjadi dan sekadar berusaha merayu kelas berkuasa dalam hal ini adalah kaum borjuis untuk mengubah keadaan atau berharap perubahan akan datang dengan sendirinya atau bahkan jatuh dari langit akibat doa-doa orang shaleh. Marxisme kemudian hadir di tengah pertarungan melawan kapitalisme dengan perspektif baru, yaitu kelas . dimana menurut marx gerakan sosial yang dipelopori kelas proletar (buruh) akibat ketamakan kaum borjuis dalam sistem ekonomi akan dapat membawa perubahan sosial dan gerakan ini akan menumbangkan kaum kapitalis. pendekatan inilah yang merupakan salah satu prinsip metodologi Marxisme yang paling pokok.

Sedangkan Teori post marxist adalah Teori gerakan sosial baru yang dipelopori oleh Laclau dan Moffley . Gerakan tersebut menyebut dirinya sebagai Post-Marxisme yang telah melampaui teori marxis yang sudah usang dan tidak berlaku lagi. Post-marxisme mengingkari tentang teori kelas, yang berakibat peniadaan perjuangan kelas, serta penolakan anti-Imperialisme dan menginginkan kerja sama yang lebih besar lagi dalam mentransfer capital dan teknologi dan saling memahami antara Negara kaya dan Negara miskin. Kerena Post-Marxisme menilai bahwa Sosialisme telah gagal, komunisme Uni soviet dan Eropa timur telah runtuh.

Sehingga penekanan Post-Marxis adalah pendekatan kebudayaan dan yang berakar pada perbedaan identitas (ras, gender, etnik, seksuil). Anggapan Post-Marxis penggunaan analisa kelas adalah reduksionis, karena terdapat berbagai persoalan tentang ras, gender, etnis serta masalah seksual yang tidak dilihat oleh marxis. Perlakuan tidak adil terhadap ras, gender, etnik dapat dianalisa dan dihapus diluar analisa pendekatan kelas. Marxisme tidak menolak pengolongan atau pun pemilahan tentang ras, gender serta etnik dalam analisa kelas.

Post Marxisme adalah ideology kaum intelektual bekas kaum Marxist yang ingin memperbaiki nasib rakyat jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintahan borjuis. Post Marxisme berlawanan dengan Marxisme (ideology kaum buruh yang ingin memperbaiki nasibnya melalui suatu revolusi social). Dua ideology itu memiliki sejarah yang berbeda.

Sebagian besar dunia dewasa ini secara ekonomi dan politik dikuasai oleh kaum neo liberalisme berdasar konsep globalisme, yaitu kegiatan ekonomi yang tidak mengenal batas batas negara, modal dan teknologi bebas masuk keluar suatu negara tanpa hambatan oleh penguasa politik. Negara harus bersifat pasif terhadap kegiatan ekonomi, ia hanya berfungsi sebagai penarik pajak, penjaga dan pelayan lalu lintas modal yang beroperasi di negaranya. Peranan suatu negara harus tunduk kepada kegiatan ekonomi global. Dalam kondisi yang demikian. Pemilik modal besar dan pemilik teknologi canggih akan mengusai kegiatan ekonomi. Pemilik modal kecil dan pemilik teknologi sederhana terutama di negeri negeri sedang berkembang akan terpinggirkan, atau harus bersedia menjadi bawahan dari pemilik modal besar dan pemilik teknologi canggih. Kondisi yang demikian ini lazim disebut penghisapan bangsa oleh bangsa (l’exploitation de l’homne par homne), atau proses Suatu bangsa (bangsa bangsa yang sedang berkembang) menjadi kulinya bangsa bangsa yang telah maju, yang memiliki modal besar dan teknologi canggih.

Post-Modernism

1. Pengertian

Secara etimologis postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan modern. Post modern berarti sebuah koreksi terhadap modern itu sendiri dengan mencoba menjawab pertanyaan–pertanyaan yang tidak terjawab di zaman modern yang muncul karena adanya modernitas itu sendiri.

Sedangkan secara terminologi menurut tokoh dari post modern, Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan postmodern sebagai berikut:

Pertama, post modernisme merupakan kritik atas masyarakat. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat.

Kedua, teori postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia ( world view ), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.

2. Sejarah Filsafat Postmodern

Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post dalam modern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu tetapi lebih merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern. Postmodern ini merupakan sebuah kritik atas realitas modernitas yang dianggap telah gagal.

Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan atau realita adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan.

Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan sosiologi. Postmodern akhiryna menjadi kritik kebudayaan atas modernitas. Apa yang dibanggakan oleh pikiran modern sekarang dikutuk dan apa yang dulu dianggap rendah sekarang justru dihargai.

3. Pemikiran Para Tokoh Mengenai Postmodern

Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844 – 1900)

Menurutnya manusia harus menggunakan skeptisme radikal kemampuan akal. Tidak ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naif jika akal dipercaya mampu memperoleh kebenaran. Kabenaran itu sendiri tidak ada. Jika orang beranggapan dengan akal diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber kekeliruan.

Guy Debord dan Baudrillard

Sesuai dalam bukunya, society of the spectacle manusia telah berubah menjadi makhluk konsumtif dan terjadi perubahan nilai menjadi simbolis. Masyarakat menunjukan dirinya berdasarkan objek, dan menilai berdasarkan objek Penciptaan, pembuatan dan produksi semua bertujuan untuk materi semata.

4. Kesimpulan

Postmodern lahir sebagai reaksi dan kritik terhadap modernisme yang penuh akan kesalahan dan kegagalan diberbagai bidang (walaupun beberapa tidak sepenuhnya gagal). Postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu terkunci dalam pandangan terbatas oleh ras, gender dan grup etnis masing – masing. Berbeda dengan filsafat sebelumnya zaman modern yang mendasari metodenya dengan rasionalitasnya. Pada zaman ini seakan – akan tidak ada lagi standar kebenaran. Kebenaran adalah relative, kenyataan adalah relative dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, moralitas digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi dan moralitas digantikan oleh relativisme, kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan.






About The Author
Bie, that's my name. Im just an ordinary blogger.Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id. Eam no corpora maluisset definitiones.
Share This
Subscribe Here

0 Komentar:

Posting Komentar

Jual Ebook Murah Berkualitas, dan juga menjual Buku Bekas murah Berkualitas, Imam Setiyo. Komentar yang membangun sangat dibutuhkan, demi tercapainya masyarakat yang kritis, cerdas, dan berjiwa konstruktif. -ImamMrAymem. Tiada gading yang tak retak. Seperti diatas begitu juga dibawah. Seperti didalam begitu juga diluar. Penulis mengharapkan kritik, saran serta opini dari Anda pembaca yang terhormat. Email : mr.aymem@yahoo.com atau di nomor 0838 7561 9431. Terima Kasih.

 

[Life] Le Blog D'Imam Setiyo │ Copyright © 2009 │ Dikelola Oleh Imam Setiyo │ Menggunakan Template Blog "DarkfolioZ" Yang Dipersembahkan Oleh "Bie Blogger Template" Dan "Ipietoon" │ Blog Ini Milik Imam Setiyo Dan Dikelola Untuk Keperluan Pribadi, Bisnis, Hobi, Pendidikan, Sharing Serta Publikasi Karya Pribadi │ Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Publikasi Yang Ada Di Blog Ini Dapat Dikomunikasikan Secara Langsung Dengan Pemilik Blog Lewat Twitter, Twitter, Maupun Lewat 0813-1830-3377 (WhatsApp, Telegram, SMS) │ Akhir Kata, Selamat Mengunjungi Blog Saya Ini Serta Blog Saya Yang Lainnya │ Lihat Juga : Bisnis Pulsa ElektrikOtodidak Bahasa InggrisEnglish ConversationEnglish For Academic PurposesPenghasilan TambahanCara Mudah Bayar TagihanBeasiswa │ -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------