Analisis Tentang
negara islam irak dan suriah
(isis)
Dari Sudut Pandang Ilmu Filsafat
Nama : Imam
Setiyo
Program
Studi : Prancis
NPM : 130
6455 910
TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT
*Sebelumnya Mohon Maaf Karena Saya Tidak Mengkapitalisasikan Huruf isis Dalam Judul Artikel Ini Dikarenakan Sentimen Negatif Saya Terhadap isis. Terima Kasih.
Kata Pengantar
Di dalam tugas
artikel dan opini yang diberikan oleh dosen Filsafat Dr. Eko Wijayanto M.Hum
ini, penulis akan membahas tentang artikel yang berjudul Koalisi
Barat Kian Aktif Terdesak Serangan NIIS, Kurdi Terapkan Taktik Baru dari Harian KOMPAS edisi Selasa 7
Oktober 2014, yang nantinya
akan dianalisis berdasarkan paham-paham dalam filsafat. Oleh karena itu, penulis
akan memberikan beberapa pendapat, yaitu dari penulis sendiri, yang berasaskan
paham filsafat. Selain itu, akan
diberikan pula pendapat lain yang sengaja penulis ambil lewat wawancara santai
untuk mendukung pendapat pribadi penulis, bersama Sdr. Aju, di Jalan Margonda
Raya, tentang artikel tersebut, yang akan penulis sesuaikan dengan tema dan
bahasan dalam tugas yang diberikan oleh Dr. Eko Wijayanto M.Hum ini.
Akhir kata,
penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari siapapun yang membaca tugas
ini, termasuk dari Bapak Dr. Eko Wijayanto M.Hum, jika terdapat kesalahan dalam
tugas ini.
Wassalamualaikum,
Selamat malam.
Depok,
7 Oktober 2014, 19.30 PM
Penulis
Koalisi Barat Kian Aktif
Terdesak Serangan NIIS,
Kurdi Terapkan Taktik Baru
Koalisi Barat Kian Aktif
Terdesak Serangan NIIS, Kurdi Terapkan Taktik Baru dari Harian KOMPAS edisi Selasa 7
Oktober 2014
SYDNEY, SENIN — Keterlibatan
Barat dalam operasi militer terhadap milisi Negara Islam di Irak dan Suriah
meluas. Belgia mulai mengebom mereka di Irak. Jet-jet tempur Australia dan
Belanda juga telah beroperasi. Kanada menyusul. Operasi mereka baru di Irak
sehingga NIIS masih leluasa di Suriah.
Kepala
Angkatan Udara Australia Marsekal Mark Binskin, Senin (6/10), mengatakan, dua
jet tempur Angkatan Udara Australia F/A18 telah memulai operasi dengan target
milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Irak utara, Minggu malam. Namun,
dalam operasi pertama itu, kedua pesawat Australia tersebut tidak melancarkan
serangan. ”Dalam kesempatan ini, pesawat itu tidak menggunakan amunisi dan
kembali ke markas untuk melucuti senjata dan siap melancarkan serangan mendadak
di kesempatan berikut,” kata Angkatan Udara Australia.
Menurut mantan Kepala Angkatan Bersenjata Australia Peter
Leahy, normal dalam operasi militer jet-jet tempur pulang tanpa melancarkan
gempuran. ”Anda akan melihat hal-hal seperti ini terjadi, terutama karena kami
ingin meminimalkan korban sampingan. Kami tidak ingin menyerang target yang
salah,” kata Leahy pada ABC.
”Yang kami cermati dari NIIS sepekan terakhir atau lebih,
mereka (NIIS) jauh lebih sulit dijadikan target. Mereka membubarkan diri dari
kelompok, melakukan pola-pola penyamaran, kembali masuk ke kota-kota, dan
saling merapat, serta bertahan.”
Australia
telah mengerahkan sekitar 600 tentara dan sejumlah pesawat tempur dengan markas
di Uni Emirat Arab (UEA).
Belanda
juga mulai menerbangkan jet-jet pengebom di Irak, Minggu. Kementerian
Pertahanan Belanda mengungkapkan, jet-jet pengebom F-16 telah siap sepenuhnya
dikerahkan ke wilayah Irak.
Belanda
telah mengirim enam F-16 plus dua cadangan untuk ambil bagian dalam operasi
militer pasukan koalisi di Irak. ”Negeri Kincir Angin” juga akan mengirim 250
personel militer dan 130 pelatih bagi militer Irak.
Negara
Barat anggota pasukan koalisi lainnya, Belgia, lebih agresif. Minggu lalu, jet
tempur F-16 Belgia untuk pertama kali mengebom target NIIS.
Hal
itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Belgia. Dua jet tempur menjalankan
pengintaian di Irak saat satu dari mereka dikontak untuk menyerang. Belgia
mengirim enam pesawat pengebom F-16.
Kanada
juga segera bergabung dengan pasukan koalisi. Perdana Menteri Kanada Stephen
Harper mengatakan, Parlemen Kanada akan menggelar voting soal partisipasi
Kanada dalam misi ”anti terorisme” enam bulan di Irak.
Jika
disetujui, misi itu menjadi ekspedisi militer Kanada pertama setelah di Libya
pada 2011. Menurut media setempat, Kanada akan mengirim empat hingga delapan
jet tempur CF-18.
Namun,
seperti yang dilakukan Perancis, Inggris, dan Denmark, partisipasi militer
Australia, Belanda, Belgia, berikutnya Kanada hanya terbatas pada target NIIS
di Irak. Untuk target NIIS di Suriah, Amerika Serikat selaku pemimpin koalisi
hanya mengandalkan lima negara Arab: Bahrain, Jordania, Qatar, Arab Saudi, dan
UEA.
Kuasai Kobani timur
Hal ini membuat milisi NIIS di Suriah tetap merajalela dan
seolah belum terlemahkan. Militer Turki dan stasiun televisi Reuters
memperlihatkan, Senin, milisi NIIS telah mengibarkan bendera mereka di kota
Kobani timur, perbatasan Suriah-Turki.
Kota
itu selama lebih dari dua pekan dikepung dan digempur milisi NIIS. Pasukan
Kurdi, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), keteteran menahan gempuran mereka.
Apalagi, mereka kalah jauh dari NIIS dalam persenjataan.
Dalam
kondisi terjepit, YPG menerapkan taktik baru, melawan NIIS dengan bom bunuh
diri. Minggu lalu, perempuan bernama Dilar Gencxemis alias Arin Mirkan
meledakkan diri saat menyerang NIIS.”Dia melempar banyak granat kepada milisi
NIIS. Setelah itu, dia meledakkan diri,” kata Mustafa Bali, pejabat Kurdi di
Kobani. (AP/AFP/REUTERS/SAM)
I.
Pembahasan
Artikel
Dalam artikel yang penulis ambil dari harian KOMPAS
tersebut, ada beberapa poin yang telah penulis tandai seperti yang bisa kita lihat dihalaman sebelumnya,
diantaranya :
1. “SYDNEY, SENIN — Keterlibatan Barat dalam operasi
militer terhadap milisi Negara Islam di Irak dan Suriah meluas. Belgia mulai
mengebom mereka di Irak. Jet-jet tempur Australia dan Belanda juga telah
beroperasi. Kanada menyusul. Operasi mereka baru di Irak sehingga NIIS masih
leluasa di Suriah”.
Mengapa ‘Barat’ terlihat sangat ikut campur terhadap
masalah milisi ISIS? Permasalahan ini dapat kita analisis berdasarkan paham
filsafat Utilitarianisme dan paham Pragmatisme.
Utilitarianisme adalah paham yang berpendapat
bahwa sesuatu yang ‘baik’ adalah sesuatu yang berguna, bermanfaat dan
menguntungkan. Jika tidak berguna, tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan,
maka sesuatu itu ‘tidaklah baik’. Jika kita analisa mengapa Mengapa ‘Barat’
terlihat sangat ikut campur terhadap masalah milisi ISIS, kita bisa dengan
mudah menemukan alasan bahwa pihak ‘Barat’ melihat bahwa gerakan ISIS adalah
sebuah gerakan yang sama sekali tidak menguntungkan mereka, tidak berguna bagi
mereka, dan bahkan bisa jadi mereka menilai bahwa gerakan tersebut akan sangat
berbahaya bagi mereka dimasa depan, jika tidak dibasmi sejak dari sekarang.
Pragmatisme
adalah paham
yang berpendapat bahwa kemampuan manusia tidaklah mutlak, tidak bisa didoktrin,
atau dengan kata lain, kemampuan manusia itu bersifat relatif, tergantung pada
kemampuan manusia itu sendiri. Inilah alasan yang tepat jika kita ingin
menganalisa masalah keterlibatan ‘Barat’ dalam masalah ISIS. Mengapa bukan
pemerintah Irak dan Suriah saja yang membereskannya? Mengapa bukan pemerintah
negara-negara tetangganya saja yang bertindak? Bisa jadi, alasannya adalah –
berkaitan dengan paham pragmatisme, pemerintah negara-negara tersebut
tidak sanggup mengatasi masalah tersebut seorang diri.
2. “Menurut mantan
Kepala Angkatan Bersenjata Australia Peter Leahy, normal dalam operasi militer
jet-jet tempur pulang tanpa melancarkan gempuran. ”Anda akan melihat hal-hal
seperti ini terjadi, terutama karena kami ingin meminimalkan korban sampingan.
Kami tidak ingin menyerang target yang salah,” kata Leahy pada ABC.”
Dalam Potongan artikel diatas, kita bisa melihat bahwa
Koalisi ‘Barat’ yang sedang menggempur militan ISIS menggunakan paham Rasionalisme dalam bertindak. Mengapa
mereka tidak menghancurkan seluruh wilayah target operasi sehingga pekerjaan
mereka lebih cepat selesai? Karena mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus
dilakukan dengan rasio atau akal, serta masuk akan atau tidaknya sesuatu,
sepaham dengan aliran Rasionalisme.
3. ”Yang kami cermati
dari NIIS sepekan terakhir atau lebih, mereka (NIIS) jauh lebih sulit dijadikan
target. Mereka membubarkan diri dari kelompok, melakukan pola-pola penyamaran,
kembali masuk ke kota-kota, dan saling merapat, serta bertahan.”
Mengapa pihak militan ISIS membubarkan diri dari kelompok,
melakukan pola-pola penyamaran, kembali masuk ke kota-kota, dan saling merapat,
serta bertahan? Lalu kenapa pihak koalisi ‘Barat’ tidak mampu mengatasi
strategi tersebut dan terkesan tidak berdaya menghadapi pola pertahanan yang
tersebar seperti itu?
Dalam menjawab pertanyaan diatas, kita bisa meminjam
perkataan René Descartes, filsuf dan matematikawan Perancis yang lahir tahun
1596, yang berbunyi “Clara et Distincta” (yang berarti jelas dan terpilah). Artinya,
Sesuatu yang dibangun dan dibuat secara jelas dan tepilah-pilah atau
terpisah-pisah, akan menimbulkan sebuah kebenaran dan kepastian yang tak
tergoyahkan.
Hal ini sejalan dengan potongan artikel diatas, yaitu alasan
mengapa ISIS amat kuat adalah karena
mereka membubarkan diri dari kelompok, melakukan pola-pola penyamaran, kembali
masuk ke kota-kota, dan saling merapat, serta bertahan.
4. “Hal ini membuat
milisi NIIS di Suriah tetap merajalela dan seolah belum terlemahkan. Militer
Turki dan stasiun televisi Reuters memperlihatkan, Senin, milisi NIIS telah
mengibarkan bendera mereka di kota Kobani timur, perbatasan Suriah-Turki.”
Mengapa NIIS atau ISIS merajalela dan sangat kuat di Suriah?
Lalu mengapa mereka (ISIS) mengibarkan bendera mereka di Kobani Timur?
Jawaban dari analisa diatas sangatlah sederhana. Kita bisa
melihat lagi penjelasan tentang paham Pragmatisme
yang berpendapat bahwa sesuatu yang ‘benar’ adalah sesuatu yang dapat
membuktikan bahwa dirinya memang ‘benar’ dengan memperhatikan akibat-akibat dan
hal-hal yang bersifat praktis.
Kita dapat mereduksi penjelasan tentang paham Pragmatisme diatas menjadi: Sesuatu
yang ‘ada’ adalah sesuatu yang dapat membuktikan bahwa dirinya memang ‘ada’
dengan memperlihatkan kepada umum hal-hal yang bersifat praktis dan mudah. Hal
ini senada dengan peristiwa pengibaran bendera ISIS diatas. Tujuannya ?
tujuannya adalah untuk membuktikan kepada masyarakat, menarik simpati
masyarakat, memancarkan pengaruh yang kuat, dan sebagai identitas diri yang
akan memancing perhatian orang.
II.
Pendapat
Tambahan dari Penulis
Menurut penulis, gerakan ISIS
bisa muncul dikarenakan dua alasan, yaitu :
1.
Berasaskan
paham Progresivisme;
2.
Berasaskan
paham Idealisme.
Menurut paham Progresivisme, sebuah nilai berkembang secara
terus menerus dikarenakan adanya suatu pengalaman baru yang bercampur antara
individu dengan nilai-nilai yang memang sudah ada dalam suatu budaya.
Singkatnya, ISIS sudah ada sejak dulu, namun baru
muncul kepermukaan sekarang. Mereka berkembang karena faktor evolusi, yaitu
sebuah gerakan yang perlahan-lahan menjadi besar karena mendapat dukungan dari
substansi-substansi yang ada didalam masyarakat Irak dan Suriah itu sendiri.
Sedangkan Menurut paham Idealisme,
realitas yang
paling benar adalah ‘ide’, sedangkan hal-hal yang terlihat dan yang ada, adalah
perwujudan dari ide itu sendiri. Singkatnya, ISIS ada karena sebuah ide yang
ingin membuat sebuah gerakan, tanpa memperdulikan fakta bahwa sudah ada negara
yang nyata, yaitu Irak dan Suriah.
III.
Pendapat dari
Masyarakat
ISIS adalah sebuah gerakan yang memiliki tujua-tujuan tertentu. Lalu
mengapa ISIS menimbulkan masalah besar? Bisa jadi, ada dua alasan yang bisa
kita tebak, yaitu :
1.
Dogma/ajaran
agama;
2.
Perbedaan
kepentingan dengan Irak dan Suriah;
3.
Perbedaan
kepentingan dengan koalisi ‘Barat’.
Menurut Saudara Aju (27), salah seorang masyarakat
yang sengaja penulis minta pendapatnya untuk mendukung untuk mendukung pendapat
pribadi penulis, berpendapat bahwa ketiga alasan itulah yang menyebabkan
masalah ISIS sangat besar dan menimbulkan polemik.
Berdasarkan pendapat masyarakat diatas, kita bisa
melihat kembali pengertian dari paham Eksistensialisme yang berpendapat bahwa
manusia bertanggung jawab terhadap kemauannya yang bebas, tanpa memikirkan mana
yang benar dan mana yang salah, atau dengan kata lain, kebenaran bersifat
relatif, tergantung pada cara pandang individu tersebut.
IV.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari analisis
potongan artikel yang berjudul Koalisi Barat Kian Aktif
Terdesak Serangan NIIS, Kurdi Terapkan Taktik Baru dari Harian KOMPAS edisi Selasa 7
Oktober 2014 diatas, kita dapat dengan mudah menarik kesimpulan bahwa kita
harus belajar melatih diri untuk berpikir secara Radikal, seperti yang dilakukan oleh Thales yang memikirkan tentang bahan
alam semesta, karena dia tidak puas dengan pendapat-pendapat tentang alam
semesta pada saat itu.
Berpikir secara Radikal berarti berpikir sampai
sedalam-dalamnya, sampai dasar yang paling dalam, sampai jelas
penyebab-penyebabnya, sampai pada kesimpulan akhirnya.
Dalam kasus ISIS, menurut penulis, tidak akan ada
kekisruhan jika Koalisi ‘Barat’ berpikir secara radikal dengan cara merangkul
pihak ISIS, berpikir mengapa ISIS terbentuk, berpikir mengapa
ISIS sangat
kuat, dan berpikir mengapa dan apa alasan-alasan yang peling
mendasar berkaitan dengan gerakan ISIS itu.
V.
Sumber
Artikel “Koalisi Barat
Kian Aktif Terdesak Serangan NIIS, Kurdi Terapkan Taktik Baru”, Harian KOMPAS
edisi Selasa 7 Oktober 2014
Pendapat penulis
Pendapat masyarakat